Senin, 21 Oktober 2013

JALAN TAMBANG

Jalan tambang



Pernah liat jalan tambang ga gan??? kalo belum, jalan2 gih ke "Sanggulan".. wekekekkee..
buat yang pernah ke sanggulan, pasti berkesan bgt tuh..

o, ya!! saia punya sedikit informasi tentang jalan tambang nih gan..
ni file ane dapet dari tmen kelas,.

moga dapat membantu..


cekidot aaja gan..



1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS



Lmin = n.Wt + (n+1)(½ Wt)Bila lebar kendaraan (Wt) 1 satuan panjang, maka Lmin spt pada tabel berikut:



Bila lebar Cat773D = 5,076 m, maka untuk 2 lajur jalan:
Lmin = 2 (5,076) + (2+1)(½ x 5,076) = 17,77 ~ 18 m


2. Lebar Jalan Pada Tikungan

Penentuan lebar jalan pada tikungan (belokan) didasarkan pada:
-Lebar jejak ban
-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok
-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan
-Jarak dari kedua tepi jalan<


Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2

U = Lebar jejak roda (center to centertires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = clearance antar kendaraan, m

Contoh perhitungan Wmin pada tikungan:

Lebar jejak ban pada saat bermuatan = 0,70 m
Jarak antar pusat ban = 3,30 m
Saat belok lebar jejak ban depan = 0,80 m; lebar jejak ban belakang = 1,65 m

Jarak antar dua truck = 4,50 m


Z = (3,30+0,80+1,65)/2 = 2,875 m
Wmin = 2(3,3+0,8+1,65+2,875) + 4,5
= 21,75 m ~ 20 m


3. Jari-jari Tikungan



Perhitungan matematis berdasarkan kenampakan gambar diatas diperoleh jari-jari tikungan sbb:

Apabila: R= jari-jari belokan jalan, m W= jarak poros roda depan-belakang, m B= sudut simpangan roda depan,

maka:
Rumus sebelumnya tidak mempertimbangan kecepatan (V), gesekan roda (f), dan superelevasi (e). Bila dipertimbangkan, maka rumusnya menjadi:


Jari-jari tikungan minimum untuk e.max= 10%



4. Jenis-jenis Busur Lengkung Pada Tikungan


4.1 Lingkaran (Full Circle)


4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):





5. SUPERELEVASI

*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan
*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok



6. Kemiringan Jalan

*Kemiringan maksimum vs kecepatan



*Jarak miring kritis (meter)



7. CROSSSLOPE

Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan thd bidang horizontal



Cross slope sebaiknya 1/50 s.d 1/25 (20 mm/m s.d. 40 mm/m)

8. Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:
-perkerasan lentur (flexible pavement)
-perkerasan kaku (rigid pavement)
-perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)

Perkerasan jalan tersusun sbb:
-lapisan dasar (subgrade)
-lapisan fondasi bawah (subbase course)
-lapisan fondasi atas (base course)
-lapisan permukaan (surface course)

8.1 Lapisan Perkerasan

Susunan lapisan perkerasan lentur



Susunan lapisan perkerasan rigid



Karakteristik lapisan perkerasan lentur:

-elastis jika menerima beban, shg nyaman bagi pengguna jalan
-umumnya menggunakan bhn pengikat aspal
-seluruh lapisan ikut menanggung beban
-penyebaran tegangan diupayakan tdk merusak lapisan subgrade (dasar)
-bisa berusia 20 tahun dgn perawatan secara rutin.

Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan per-mukaannya terbuat dari plat beton (concrete slab). Penentuan tebal lapisan ditentukan oleh:

-kekuatan lap. Subgrade atau harga CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
-kekuatan beton yg digunakan utk lapisan perkerasan
-prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia layanan
-ketebalan dan kondisi lap fondasi bawah (sub-base) sgb penopang konstruksi, -lalulintas kendaraan, penurunan akibat air, dan perub volume lap tanah dasar (sub-grade)

Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap kendaraan yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di lab mektan) perlu diuji dan diketahui:
-kadar air
-kepadatan (compaction)
-perubahan kadar air selama usia pelayanan
-variabilitas tanah dasar
-ketebalan lap perkerasan total yg dpt diterima oleh lap lunak yang ada dibawahnya.

8.2 Lapisan Pondasi Bawah

-Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar
-untuk mengurangi tebal lapisan di atasnya krn material utk lapisan ini lebih murah dibanding dgn lapisan atasnya
-sebagai lapisan peresapan air tanah
-merupakan lapisan pertama yg hrs diselesaikan agar kualitas lapisan tanah dasar tetap terjaga
-mencegah partikel-pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan fondasi

8.3 Lapisan Pondasi Atas

-Bagian perkerasan utk menahan gaya melintang dari roda dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya
-sebagai lapisan peresapan air dari bawah
-sebagai bantalan bagi lapisan permukaan

8.4 lapisan Permukaan

-Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yg memp stabilitas tinggi selama umur layanan
-lapisan kedap air, shg air hujan dpt mengalir diatasnya dan tidak meresap kebawahnya serta tidak melemahkan lapisan tersebut
-sebagai lapis aus (wearing course), krn lapisan ini dapat mengikis ban shg gundul
-lapisan untuk menyebarkan beban ke lap bawah

laporan pkl

 1
ERIK FRANSISTIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemindahan Tanah Mekanis adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan penggalian (digging, breaking, loosening), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling, transporting), penimbunan (dumping, filling), perataan (spreading and levening) dan pemadatan (compacting) tanah atau batuan maupun bijih dengan alat – alat mekanis (Partanto Prodjosumarto, 1995).
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana produksi yang vital untuk menunjang target produk akhir yang telah ditentukan oleh manejemen perusahaan. Penggunaannya tidak saja terkonsentrasi pada proses penambangan, akan tetapi juga diperlukan untuk proses penunjang penambangan, peralatan produsi penambangan mungkin dapat didefinisikan sebagai alat – alat mekanis ekonomis bila digunakan untuk menghasilkan suatu bahan galian (bijih), batubara dan bahan galian industri.
Dari definisi tersebut tersirat dua hal utama, yaitu alat bertenaga mekanis atau alat berat dan harus ekonomis, pertimbangan menggunakan alat berat adalah sebagai berikut: berhadapan dengan material atau bahan galian yang secara alami mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga mesin yang cukup kuat, untuk mengimbagi target produksi yang besar diperlukan alat yang berkapasitas besar pula dan alat berat adalah jawabannya.
Peralatan harus bernilai ekonomis tinggi karena biaya investasi yang cukup besar. Terdapat alat – alat berat yang dioperasikan tidak langsung untuk penggalian bijih atau batubara (non – produksi) misalnya untuk perawatan jalan, pemindahan overburden atau reklamasi, semua kegiatan tersebut harus dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
2
ERIK FRANSISTIN
1.2. Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Maksud dari judul ini untuk menghitung produksi alat gali muat dan alat angkut dan produktivitas pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini :
1. Mengetahui spesifikasi dan menghitung produktivitas alat mekanis khususnya yang digunakan dalam aktivitas pengupasan overburden.
2. Menghitung cycle time alat muat dan alat angkut
3. Menghitung keserasian alat (macth factor)
4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).
1.3. Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada studi ini adalah:
1. Perhitungan produktivitas alat gali muat dan alat angkut yang digunakan pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden)
2. Pengkuran cycle time alat gali muat dan alat angkut
3. Mengenai faktor keserasian antara alat gali-muat pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).
1.4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini sebagai berikut :
1. Tahapan Persiapan
Persiapan dilakukan untuk pengambilan data yaitu dengan cara studi literatur, dimana tahap ini merupakan awal dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Tahap ini dilakukan studi pustaka atau mencari referensi beberapa buku, jurnal-jurnal, informasi-informasi, serta laporan-laporan sebagai pendukung kegiatan penelitian tentang keserasian alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).
3
ERIK FRANSISTIN
2. Tinjauan Awal Lapangan
Sebelum melakukan pengambilan data maka terlebih dahulu melakukan tinjauan awal lapangan yaitu dengan peninjauan dan pengamataan langsung ke lapangan pada objek kajian yang sedang berlangsung yang meliputi jalan tambang, unit alat angkut dan alat muat yang tersedia, dan pengetahuan tentang keselamatan kerja.
3. Pengambilan Data
A. Data Primer
Merupakan data pokok yang diperoleh langsung dari penelitian langsung dari lapangan dan tanya jawab dan diskusi dengan berbagai pihak yang mengetahui berbagai pokok permasalahan yang dititik beratkan pada alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) data pokok yang diambil mengenai :
- CT (cycle Time)
- Jumlah alat angkut
- Jarak angkut
B. Data Sekunder
Merupakan data-data pendukung yang didapat dari literatur dari perusahaan. Data-data pendukung meliputi :
- Sejarah perusahaan
- Spesifikasi alat angkut dan muat
- Peta kesampaian daerah
- Jam kerja karyawan
- Data curah hujan
- Metode penambangan
4. Pengolahan Data
Pengolahan data yang meliputi kegiatan perhitungan terhadap hasil jam effisiensi kerja dan effisiensi alat dan hasil produktivitas alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) serta mengetahui keserasian kerja (match factor).
4
ERIK FRANSISTIN
5. Hasil
Hasil dari penelitian dituangkan dalam bentuk laporan tertulis praktek kerja lapangan sehingga diperoleh kesimpulan serta saran- saran atau masukan bagi pihak perusahaan.
1.5. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada perusahaan tambang batubara PT. TRUBAINDO COAL MINING (PT. TCM) Kecamatan Muara Lawa Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, yaitu selama ± 2 (Dua) bulan mulai dari tanggal 14 januari hingga tanggal 13 maret 2013 dengan tabel kegiatan sebagai berikut.
Tabel 1.1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1.6. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini :
1. Mahasiswa mampu menguasai teori secara konseptual dan proses secara keseluruhan tentang jurusan yang diambil dalam ruang lingkup perusahaan atau instansi pemerintahan.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penerapan berbagai pengetahuan baik teori maupun praktek di dunia kerja.
3. Menyiapkan tenaga kerja yang terlatih dan dapat diserap oleh dunia kerja.
NO
JENIS KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
Minggu
3
Minggu
4
Minggu
5
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu 4
Minggu 1
Minggu 1
1
Induksi & Orientasi
2
Pengambilan Data
3
Pengolahan Data
4
Penyusunan Draft
5
Konsultasi
5
ERIK FRANSISTIN
4. Dalam rangka menerapkan antara teori dan fakta yang ada di lapangan yang nantinya akan memperoleh sebuah kesesuaian sehingga dalam aplikasinya akan lebih mudah.
6
ERIK FRANSISTIN
7
ERIK FRANSISTIN
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT. Trubaindo Coal Mining
PT.Trubaindo Coal Mining adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang pernambangan batubara, dibawah naungan BANPU Public Company Limited yang berpusat di Thailand Bangkok, dengan luas area konsensi 23.650 Ha. Perusahaan tambang batubara yang ke 4 didirikan oleh BANPU di indonesia ini merupakan perusahaan tambang batubara dengan metode open pit mining.
PT. Trubaindo Coal Mining pada awal kepemilikannya di pegang oleh salim group bersama-sama dengan Indominco, Kitadin, dan Jorong, lalu sampai pada tahun 2007 kepemilikannya beralih ke BANPU Thailand dan selanjutnya pada bulan Desember 2007 menjadi perusahaan terbuka. Banpu melalui PT Centralink Wisesa International memiliki 77,60% saham, PT Sigma Buana Cemerlang 2,40% dan selebihnya merupakan saham masyarakat. Pada tahun 2008, saham PT Centralink Wisesa International dialihkan ke Banpu Minerals (Singapore) Pte. Ltd. Sebesar 73,72% dan porsi saham publik menjadi 26,28%. Pada tahun 2010, Banpu Minerals (Singapore) PTe. Ltd. Menjual sahamnya sebesar 8,72% kepada publik dan mempertahankan kepemilikan mayoritas sebesar 65% dan selebihnya dimiliki masyarakat dengan jumlah rendah lebih dari 5% masing-masing.
Dari hasil laporan study kelayakan Maret 1999 cadangan Batubara yang dapat dieksploitasi dalam kontrak ini adalah sepanjang 30 tahun, yang berlaku sejak awal produksi pada tanggal 28 Februari 2005 hingga 27 Februari 2035. Lapisan batubara terbentuk pada formasi-formasi Pamaluan dan Cekungan Kutai, dan memiliki nilai kalori berkisar antara6.500 sampai 7.300 kkal / kg dan kandungan sulfur antara 0,8-1,4%.
Sistem penambangan yang dilakukan hingga saat ini adalah menggunakan sistem tambang terbuka (open pit mining). Untuk melakukan kegiatan penambangan ini PT. Trubaindo Coal Mining bermitra dengan :
1. PT. Riung Mitra Lestari (RML)
8
ERIK FRANSISTIN
2. PT. Borneo Alam Semesta (BAS)
3. PT. Mitra Alam Persada (MAP)
4. PT. Pama Persada Nusantara (PAMA)
2.2. Letak dan Kesampaian Daerah
PT. Trubaindo Coal Mining secara administratif terletak di Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, PT. Trubaindo Coal Mining berjarak 350 km atau kurang lebih 8 jam dari kota Tenggarong, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Secara geografis PT. Trubaindo Coal Mining berada pada posisi 115˚30’00’-115˚51’30” BT dan 00˚27’44”- 00˚51”41” LS. Lokasi PT.Trubaindo Coal Mining berbatasan dengan lima kecamatan dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Selatan berbatasan dengan Kampung Jelmu Sibak.
2. Barat berbatasan dengan HPH PT. Timberdana, HPH PT. DAYAK BESAR VINCENT, HPH PT. HARIYATI TIMBER, HPH PT.HAMPARAN MERIDIAN , Sungai Perak.
3. Timur berbatasan dengan Kampung Muara Kedang, Kampung Ponak.
4. Utara berbatasan dengan Kampung Dempar, Muara Bunyut, dan Muara Pahu.
2.3. Struktur Geologi Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Kutai yang terbentuk pada lingkungan pengedapan delta yang merupakan proses akumulasi pada muara sungai yang dapat terjadi di pantai maupun di danau dimana Cekungan Kutai diawali dengan pola sendimentasi transgresi laut dari timur-barat yang berlangsung sejak eosin-oligosen. Cekungan Kutai mempunyai pola umum struktur lipatan-lipatan berupa antiklin dan sinklin.
Evaluasi struktur Cekungan Kutai dimulai pada masa Oligosen akhir yang ditandai dengan adanya orogen kuching yang membentuk lipatan-lipatan dari pada Cekungan Kutai. Lipatan-lipatan ini tersebar dari Pegunungan Meratus hingga Semenanjung Mangkaliat. BATES (1996) OTT (1987) mengemukakan bahwa pengangkatan tinggian Kuching berhubungan langsung dengan gaya-gaya
9
ERIK FRANSISTIN
kompresi barat laut-tenggara, hasil dari subduksi di Laut Cina Selatan. Akibat pengangkatan ini menyebabkan terjadinya lipatan kompresi berumur miosen pada Cekungan Kutai sebelah barat. Pengangkatan di tinggian Kuching yang terus berlangsung kurangnya stabilitas gaya berat pada lereng yang miring ke arah timur di cekungan bagian tengah, sehingga, cekungan bagian barat tetap stabil akibat ketidakstabilan dan adanya fluida lempung pada batuan dasar cekungan menyebabkan terjadinya longsoran yang cepat, yang merupakan faktor penting dalam pembentukan antiklinorium Samarinda. Saat terjadinya longsoran ke arah timur ini terjadi daya tahan gravitasi pada saat naik melawan kedudukan batuan dasar dari cekungan bagian timur yang miring kearah barat.
Akibat gerak dari lengseran ke arah timur, maka tampak intensitas dan kompeksitas perkembangan struktur secara umum semakin berkurang, oleh karena itu besar kemiringan batuan ke arah timur Cekungan Kutai semakin berkurang.
2.4. Struktur Geologi Daerah Telitian
Struktur geologi dari areal PT. Trubaindo Coal Mining menunjukan dua area major sinklin, yaitu area bagian utara dan area bagian selatan. Pada bagian Utara biasanya dikenal dengan dingin sinklin yaitu punggungan yang muncul di permukaan bumi, formasi utama pembentuk batubara pada sinklin ini adalah formasi paling atas yaitu Formasi Pamaluan, yang terbentuk dari suatu kumpulan di sekitar sinklinal kampak. Bagian tenggara dari dingin sinklin ujungnya terpotong oleh sepasang patahan normal utama yang terikat dengan jambungan antiklin.
Pada area bagian selatan terdapat punggungan (sinklin) yang biasa disebut dengan perak sinklin, dan pengulangan dari sinklin ini muncul ke permukaan bumi dengan pola sesuai urutan pembentukan batubara.
Pada dua area tersebut diatas terbagi lagi yaitu area utara terdiri dari blok utara dan blok timur serta area bagian selatan.
2.5. Stratigrafi Regional
Daerah penelitian termasuk Cekungan Kutai yang merupakan bagian tengah dari cekungan pengendapan tersier di Kalimantan bagian timur. Cekungan Kutai
10
ERIK FRANSISTIN
mulai terbentuk pada tersier awal, diawali dengan pengendapan formasi kihambula pada kala Eosen sampai pengendapan formasi kampung baru pada masa Pliosen.
Stratigrafi regional Cekungan Kutai disekitar daerah penelitian, sesuai dengan laporan geologi lembar Long Iram, disusun oleh 4 formasi batuan sedimen yang mempunyai hubungan selaras, kemudian setelah terjadi erosi dan denudasi, ditutupi oleh endapan alluvial hasil sedimentasi dan rawa.
1. Formasi Pamaluan
Ciri litologi : batupasir dengan sisipan batulempung, serpih, batubara, batugamping dan batulanau di endapkan pada kala miosen awal hingga bawah tengah (N5 –N6) di lingkungan neritik, Formasi Pamaluan tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah topografi rendah. Dari litologi penyusun formasi pamaluan terlihat bahwa bagian bawah formasi ini terjadi pada lingkungan delta plain dengan terdapatnya batubara. Kemudian terjadi transgresi lingkungan berubah menjadi pantai dengan diendapkan pasir pantai dan kemudian luat dangkal dengan diendapan batugamping Formasi Bebuluh. Formasi Pamaluan mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Bebuluh.
2. Formasi Bebuluh
Ciri litologi : batugamping dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih. kandungan foraminifera besar yang dijumpai pada batugamping menunjukkan umur Miosen Awal hingga bawah tengah Di lingkungan neritik. Diatas batugamping Formasi Bebuluh diendapkan Formasi Pulaubalang.
3. Formasi Pulaubalang
Ciri litologi : batupasir (greywacke), batupasir, batupasir kuarsa, batugamping, batulempung dengan sisipan batubara formasi ini dapat dibedakan dari formasi lainnya karna perlapisannya sangat bagus dan relatif lebih resisten terhadap pelapukan dibandingkan formasi-formasi lain. Formasi ini diendapkan di lingkungan delta, pada kala miosen awal-miosen tengah.
11
ERIK FRANSISTIN
4. Formasi Balikpapan
Ciri litologi : batupasir kuarsa dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara. Pada batuan batupasir kuarsa ini berkembang menghalus ke atas dan batupasir konglomeratan, batupasir halus berubah menjadi batulempung. Batulempung diatasnya secara umum lanauan dengan batas tegas. Kadang-kadang pada bagian atas terendapkan batubara. Formasi ini diendapkan di lingkungan delta, pada kala miosen tengah – miosen akhir.
5. Formasi Kampungbaru
Ciri litologi : batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung , serpih, batulanau dan lignit. Singkapan sangat jarang karena tertutup oleh soil. Formasi ini diendapkan di lingkungan delta, pada masa miosen akhir – plistosen.
6. Satuan Endapan Alluvial
Ciri litologi : tersusun oleh material lepas berukuran lempung hingga pasir halus, diendapkan tidak selaras diatas Formasi Kampungbaru. Pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang, satuan ini berumur Resen.
12
ERIK FRANSISTIN
TENGAH
AWAL
Tabel 2.1 Kolom Stratigrafi Regional Cekungan Kutai
(Supriatna, S dan Rustadi, E, 1986) UMUR FORMASI LITOLOGI LINGKUNGAN PENGENDAPAN
KUARTER
HOLOSEN ALUVIUM
Materia-material lepas yang terdiri dari krikil pasir, dan Lumpur
DARAT
PLISTOSEN
TERSIER
PLIOSEN KAMPUNG BARU
Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih , lanau dan lignit
DELTA-LAUT DANGKAL
MIOSEN
AKHIR PULAU BALANG
LAUT DANGKAL DELTA
PAMALUAN
LAUT DANGKAL
2.6. Kualitas Batubara
Seluruh batubara yang terdapat di wilayah PT. Trubaindo Coal Mining termasuk dalam kelas sub bituminous dan bituminous. Batubara yang terdapat di daerah ini rata-rata mempunyai nilai kalori antara 6.400-7000 kcal/kg. Produk akhir yang dihasilkan adalah batubara yang memiliki nilai kalori atau sesuai
BALIKPAPAN
BEBULUH
Perselinan batupasir dan batulempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping, dan batubara
Perselingan antara
grewake dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara, dan tuf dasit
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih
Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, batulempung, serpih, batugamping dan batulanau
13
ERIK FRANSISTIN
dengan permintaan pembeli (buyer), yaitu antara 6.800 kcal/kg, sehingga untuk menyesuaikan/memenuhi permintaan dari pembeli maka batubara yang dihasilkan oleh PT. Trubaindo Coal Mining dicampur dengan batubara lain yang memiliki nilai kalori yang lebih rendah, sehingga dapat tercapai nilai kalori yang diinginkan. Tempat pencampuran/blending batubara tersebut berada di stock room yang terletak di lokasi adong dimana HCV- LS, HCV-HS, LCV-LS sudah tersedia, sehingga memudahkan bagi konsumen untuk melihat kualitas batubara yang diinginkan.
2.7. Metode dan Sistem Penambangan
Secara umum kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Trubaindo Coal Mining dan sub kontraknya (PT. PAMA PERSADA NUSANTARA) adalah menggunakan sistem tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh aktivitasnya berhubungan langsung dengan udara luar.
Penambangan batubara yang dilakukan dengan sistem tambang terbuka dimana untuk mengupas lapisan tanah penutupnya (overburden) dan penggalian batubaranya dilakukan per blok atau per pit sesuai dengan urut-urutan penambangannya (mining sequence) sehingga kemajuan tambang dan pengambilan batubaranya dapat terencana dengan baik.
Setelah blok atau sequence pertama selesai ditambang, dan lapisan tanah penutupnya (overburden) dari pengupasan berikutnya sebagian akan ditimbunkan ke blok atau pit yang telah ditambang oleh batubaranya (mined out) atau pada saat final pit disebut juga dengan “Back Filling Method”. Sedangkan sebagian lain ditimbunkan kedaerah lembah atau tempat yang telah ditetapkan sebagian areal penimbunan (mined out) atau pada final pit dari lapisan tanah penutup (waste dump) dengan pertimbangan alat angkut yang tidak terlalu jauh dari tempat penambangan (loading point) yaitu antara 100-1300 m, karena hal ini akan mempengaruhi waktu edar (cycle time) unit yang beroperasi dimana nantinya akan mempengaruhi produktivitas alat dan biaya dari kegiatan tersebut.
14
ERIK FRANSISTIN
2.8. Kegiatan Penambangan
Dalam kegiatan penambangan di PT. Trubaindo Coal Mining ( PT. TCM ) batubara dengan sistem tambang terbuka maka sebelumnya diambil batubaranya harus dilakukan kegiatan pengupasan lapisan tanah penutupnya (overburden) terlebih dahulu, dimana untuk melakukan kegiatan ini ditangani oleh sub kontraktor PT. Trubaindo Coal Mining ( PT. TCM ) yaitu :
1. PT. Pama Persada Nusantara,
2. PT. Riung Mitra Lestari ( RML)
3. PT. Borneo Alam Semesta (BAS)
4. PT. Mitra Alam Persada (MAP)
Gambar 2.1
Kegiatan Penambangan Di PIT 3000 Block 11
2.9. Persiapan penambangan
Kegiatan dalam melakukan penambangan batubara maka area yang akan dilakukan kegiatan tersebut dilakukan survey dan eksplorasi terlebih dahulu untuk mengetahui singkapannya (outcrop), setelah kedua hal tersebut dilakukan setelah itu dilakukan kegiatan pengeboran untuk mengetahui keadaan lapisan batubara yang ada di bawah permukaan bumi. Setelah dilakukan kegiatan pengeboran maka akan diketaui apakah batubara di daerah tersebut prospek untuk ditambang dan layak untuk dilakukan kegiatan eksploitasi dalam melakukan pemindahan lapisan
15
ERIK FRANSISTIN
tanah penutup yang khususnya dalam kegiatan penambangan dengan metode tambang terbuka dibagi dalam beberapa tahapan yaitu:
2.9.1.Penebangan Pohon (Log Cutting) Adalah kegiatan penumbangan pohon-pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm dibantu dengan alat potong chainshaw untuk memotong pepohonan yang besar dalam spesifikasi pekerjaan biasanya ada persyaratan tertentu, misalnya :
- Pohon harus ditumbangkan berikut tunggul/bongkotnya.
- Kerusakan top soil sekecil mungkin
- Kayu yang produktif harus dipotong menjadi 2 atau bagian yang kelak dapat dimanfaatkan bagi kepentingan lain.
2.9.2.Pemindahan Kayu (Log Removal)
Adalah kegiatan pemindahan kayu-kayu yang berukuran besar ke tempat yang sudah disediakan dimana akan dilakukan pengecekan oleh Dinas kehutanan setempat.
Foto 2.2. Log Removal
PT. Trubaindo Coal Mining
2.9.3.Konstruksi Saluran Air dan Pembuatan Bendungan (Chanel Construction And Leeve Bank )
Adalah dimana kegiatan ini adalah proses pembuatan parit besar yang diperuntukan untuk membuat aliran baru dan mengalirkan air.
16
ERIK FRANSISTIN
Foto 2.3. Kegiatan Chanel Construction
PT. Trubaindo Coal Mining
2.9.4.Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan adalah kegiatan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pepohonan dan bongkahan batu yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Alat yang digunakan bulldozer.
Foto 2.4. Kegiatan Land Clearing
PT. Trubaindo Coal Mining
2.9.5.Kolam Pengendapan (Settling Pond Construction)
Settling pond adalah suatu daerah yang dibuat khusus untuk menampung air limpasan sebelum dibuang langsung menuju daerah pengaliran umum. Sedangkan kolam pengendapan untuk daerah penambangan, adalah kolam yang dibuat untuk menampung dan mengendapkan air limpasan yang berasal dari daerah
17
ERIK FRANSISTIN
penambangan maupun daerah sekitar penambangan. Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur-lumpur, atau material padatan yang bercampur dengan air limpasan yang disebabkan adanya aktivitas penambangan maupun karena erosi.
2.9.6.Pengambilan Tanah Pucuk (Top soil)
Adapun kegiatan ini adalah memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah penutup (overburden) dengan mengunakan alat mekanis yang berupa alat muat Komatsu PC 750 dan Komatsu PC 1250, sedangkan alat muat yang digunakan Komatsu HD 465 dan Komatsu HD 785. Pengambilan tanah pucuk mulai dari permukaan sampai kedalaman 30-50 cm dan ditempatkan pada Top Soil Stock. Ada juga pengambilan tanah pucuk dan langsung digunakan untuk kegiatan Recontuoring disposal area untuk kegiatan reklamasi.
2.10. Pengupasan Tanah Penutup (overburden)
Pengupasan tanah penutup (overburden) adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuang tanah penutup agar endapan batubara mudah untuk ditambang. Untuk pengupasan tanah penutup dilakukan dengan peledakan (blasting). Untuk pembongkaran lapisan tanah penutup di bawah tanah pucuk (top soil) dikupas dengan Excavator Back Hoe dan diangkut dengan HD (High Dump Truck) untuk kemudian ditimbun pada tempat penimbunan (disposal area) atau area bekas tambang (mine out). Khusus untuk lapisan tanah pucuk (top soil) ditempatkan pada tempat penimbunan yang khususnya atau dipisahkan dari overburden dibawahnya yang nantinya akan digunakan untuk keperluan reklamasi areal bekas tambang. Beberapa jenis alat yang digunakan oleh PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (PT. PAMA) job site PT. Trubaindo Coal Mining untuk pembongkaran lapisan tanah penutup antara lain :
- Komatsu PC 2000
- Komatsu PC 1250
- Komatsu PC 750
- Komatsu HD 785-7 dan Komatsu HD 465
18
ERIK FRANSISTIN
Pembongkaran dengan menggunakan alat mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode tergantung dari kekerasan material yang dibongkar. Proses pembongkaran material lapisan penutup atau pun batuan induk yang menutupi lapisan batubara. Kegiatan ini dilakukan agar proses penambangan batubara dapat berjalan. Proses pembongkaran dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pembongkaran Dengan Menggunakan Alat Mekanis
Pembongkaran dengan menggunakan alat mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode tergantung dari kekerasan material yang dibongkar.
Metode yang digunakan adalah :
 Ripping, yaitu menggunakan attachment dozer berupa ripper yang ada dibelakang dozer, kemudian ripper tersebut pada ujungnyaa terdapat point ripper yang berguna untuk membongkar bantuan dengan cara point ripper dimasukan atau ditancapkan kedalam tanah kemudian dozer berjalan menarik ripper tersebut sepanjang luas daerah yang akan dikerjakan. Metode ini dipengaruhi oleh ketajaman point ripper serta panjang ripper yang dimasukan kedalam tanah, semakin dalam juga semakin banyak material yang terbongkar, akan tetapi kegiatan ripping tergantung pada kekerasan material, biasanya pada metode ini dilakukan pada material yang agak keras seperti claystone dan sandstone tidak kompak.
 Dozing, biasanya dilakukan pada daerah materialnya tidak terlalu keras atau tergolong lunak, dengan metode ini material dapat dikumpulkan pada daerah yang diinginkan dengan menggunakan blade dari bulldozer itu sendiri. Produksi dari kegiatan dozing itu sendiri tergantung pada kapasitas blade.
 Ripping Dozing, metode ini digunakan pada material keras, pertama-tama pada material yang akan dibongkar dilakukan ripping, setelah itu sebagai material terbongkar lalu dilakukan proses dozing, material yang tadi di ripping didorong dan dikumpulkan pada suatu tempat
19
ERIK FRANSISTIN
sehingga memudahkan dalam melakukan proses pemuatan (loading).
Foto 2.5. Ripping Dozing dengan Unit Komatsu D 375 A
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
2. Pembongkaran Dengan Pemboran Dan Peledakan (Drilling And Blasting)
Cara ini dilakukan untuk membongkar material yang sangat keras dan tidak dapat dibongkar dengan menggunakan alat mekanis dan juga dilihat dari segi ekonomis apabila pembongkaran dilakukan dengan peledakan. Tahapan dari proses peledakan dimulai dengan merencanakan peledakan tersebut, dalam perencanaan dihitung luas daerah yang akan diledakan lalu kemudian dapat dihitung geometri peledakannya serta berapa jumlah bahan peledak yang akan digunakan. Pelepasan persiapan peledakan dilapangan dimulai dengan membuat lubang ledak yaitu dengan melakukan pemboran.
Pemboran dan peledakan merupakan aktivitas penambangan yang bertujuan untuk memisahkan material lapisan penutup (overburden) dengan alat mekanis yang keras. Proses ini terutama dilakukan pada lapisan batupasir (sandstone). Alat mekanis yaitu alat bor DRILL TEREK DR-086 SKF 11. langkah selanjutnya adalah memasukan bahan peledakan kedalam lubang ledak, bahan peledak yang digunakan adalah ANFO (Anomium Nitrat Fuel Oil) kering dan detonator. Amonium Nitrat fuel oil atau yang bisa dikenal sebagai ANFO merupakan salah satu elemen dasar bahan peledak. ANFO dibuat dari campuran Amonium Nitrat dengan perbandingan 94,5 % Amonium Nitrat dan 5,5 % Fuel Oil.
20
ERIK FRANSISTIN
Foto 2.6. Kegiatan Drilling dengan alat bor TEREK DR-086 SKF 11
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
2.11. Proses Pengambilan Batubara (Coal Getting)
Setelah batubara tersingkap maka bagian atas yang masih kotor oleh tanah penutup harus dibersihkan terlebih dahulu yang disesuaikan dengan S.O.P (Standard Operational Procedure) PT. Tubaindo Coal Mining Yaitu 7 cm untuk mendapatkan batubara bersih (clean coal) dengan menggunakan alat mekanis berupa excavator back hoe dibantu dengan bulldozer. Selanjutnya batubara kotor (dirty coal) yang sudah dikumpulkan dan dapat langsung dibongkar dan dimuat oleh alat muat berupa excavator back hoe ke dalam alat angkut untuk dilakukan di tempat pencucian batubara (washing plant).
Foto 2.7. Kegiatan Loading Batubara
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
21
ERIK FRANSISTIN
2.12. Reklamasi
Setelah proses penambangan selesai setiap perusahaan harus melakukan proses reklamasi yang meliputi penimbunan lubang-lubang bukaan bekas penambangan dan penanaman kembali tumbuhan-tumbuhan yang bertujuan untuk mengembalikan keadaan lingkungan pada keadaan hampir seperti semula, sehingga lahan bekas penambangan tersebut tepat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan dan sebagainya.
Pada kegiatan reklamasi PT. Trubaindo Coal Mining menggunakan Sistem Hydro Seeding (Penyebaran Bibit Cover Crop) dimana dari kegiatan ini tempat disposal area yang dikerjakan di recounturing dengan (top soil) yang sudah disiapkan penyebaran Soil Spereding (S.O.P minimal 1 meter).
Foto 2.8. hidro seeding (Penyebaran Bibit Cover Crop)
PT. Trubaindo Coal Mining
Foto 2.9. kegiatan Revegetasi
PT. Trubaindo Coal Minin
22
ERIK FRANSISTIN
ket: Tidak semua batubara yang diangkut langsung dilakukan pengolahan,
hal ini disebabkan adanya permintaan pasar yang berbeda-beda, sehingga batubara akan ditimbun
di ROM stock.
Gambar 2.3.
Diagram alir kegiatan penambangan PT.Trubaindo Coal Mining
Tahapan Awal
Log cutting
Chanel construction
Persiapan Pit
Log removal
Leeve bank
Settling pond
Land Clearing
Top soil removal
OB Removal
Recontouring
Top soil stock dump dumpdump
Drill & Blasting
Digging
Ripping dozing
Disposal Dump
Coal Getting
Coal Hauling
ROM Stock
CPP ( Coal Processing Plant )
Tipe pembongkaran
23
ERIK FRANSISTIN
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Peralatan Pemindahan Tanah Mekanis
Menurut (Rochmadi, 1983) tentang alat muat dan alat angkut. Bahwa persiapan dalam merencanakan penambangan yang dikerjakan dengan alat-alat berat, satu hal yang amat sangat penting adalah bagaimana menghitung kapasitas operasi alat-alat berat dan apakah apakah alat berat tersebut sesuai dengan kombinasi yang ada atau lebih dikenal dengan istilah sinkron, yang mana antara alat muat dan alat angkut.
Maka perlu diketahui mengenai perhitungan teoritis dengan memperhitungkan hasil dari suatu eksplorasi perusahaan pemilik kuasa pertambangan serta perlu memperkirakan alat-alat berat yang sesuai untuk pekerjaan tersebut dengan kondisi yang ada dan jumlah alat yang dibutuhkan.
Dari hal-hal tersebut kita mampu memperkirakan dengan tepat penyelesaian suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan dengan alat-alat yang ditentukan dan biaya yang sudah disiapkan dengan tepat.
3.2. Maksud dan Tujuan Pemindahan Tanah Mekanis
Maksud dari pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas yang meliputi :
- Pembersihan Lahan (Land Clearing)
- Penggalian (Digging, Breaking, Loosening)
- Pemuatan (Loading)
- Pengangkutan (Hauling, Transporting)
- Penimbunan (Dumping, Filling)
- Perataan (Spreading dan Leveling)
- Pemadatan (Compacting)
- Proses terakhir adalah Reklamasi.
24
ERIK FRANSISTIN
Sedangkan tujuan dari pemindahan tanah mekanis adalah segala macam penyelesaian pekerjaan dengan skala besar dapat diselesaikan seefektif dan seefisien mungkin.
3.3. Target Pemindahan Tanah Mekanis
Target pemindahan tanah mekanis dititik beratkan pada cara kerja dan kemampuan kerja masing-masing pada aktivitas tambang terbuka (Surface Mining).
3.4. Analisa Tempat Kerja (Job Condition Analisys)
 Jalan dan Sarana Pengangkutan Yang Ada
 Tumbuh-Tumbuhan (Vegetation)
 Macam Material dan Perubahan Volumenya.
 Daya Dukung Material (Bearing Capacity)
 Iklim (Climate)
 Ketinggian dari Permukaan Air Laut (Altitude)
 Kemiringan, Jarak dan Keadaan Jalan (Haul Road Condition)
 Effisiensi Kerja (Operating Efficiency)
 Syarat-syarat Penyelesaian Pekerjaan (Finishing Specification)
 Syarat-syarat Penimbunan (Fill Specfication)
 Waktu (Time Element)
 Ongkos-ongkos Produksi (Production Cost)
3.5. Alat Muat Dan Alat Angkut Dalam Melakukan Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)
Alat muat dan alat angkut yang digunakan pada pengupasan tanah penutup adalah sebagai berikut :
PT. PAMA Job Site PT. Trubaindo Coal Mining (PT. TCM)
b. Alat muat terdiri dari :
 Excavator Komatsu PC 2000
 Excavator Komatsu PC1250
 Excavator Komatsu PC750
25
ERIK FRANSISTIN
c. Alat angkut terdiri dari :
1. Komatsu HD 785-7
2. Komatsu HD 465
3.6. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
Menurut (Awang Suwandhi, 2001), untuk mencari produksi alat muat dan alat angkut dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Metode Perhitungan Produksi Alat Muat
Keterangan :
P = Kemampuan Produksi (Bcm/jam)
60 = Konversi jam ke menit
Kb = Kapasitas Bucket (Bcm)
Fp = Faktor Pengisian (%)
Sf = Swell Factor (%)
Eff rata-rata = Efisiensi Kerja Rata-rata (%)
CT = Cycle Time / Waktu Edar (detik)
2. Metode Perhitungan Produksi Alat Angkut
Keterangan :
P = Kemampuan Produksi (Bcm/jam)
60 = Konversi jam ke menit
C = Kapasitas Vessel (Bcm)
Kb = Kapasitas Bucket (Bcm)
60 x Kb x Fp x Sf x Eff rata-rata
P =
CT
60 x C x Fp x Sf x Eff rata-rata
P =
CT
C = n x Kb x Fp
26
ERIK FRANSISTIN
n = Jumlah pengisian oleh alat muat (bucket / kali)
Fp = Faktor Pengisian (%)
Sf = Swell Factor (%)
Eff rata-rata = Efisiensi Kerja Rata-rata (%)
CT = Cycle Time / Waktu Edar (detik)
3.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut
3.7.1.Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu Edar (Cycle Time)
Dalam pemindahan material, siklus kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama dalam kegiatan tersebut menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan dan kembali ke kegiatan awal.
Setiap alat yang bekerja akan mempunyai kemampuan memindah material per siklus. Siklus kerja adalah proses gerakan dari suatu alat dari gerakan mulanya sampai kembali lagi pada gerakan mula tersebut. Adapun waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus kegiatan diatas disebut waktu siklus / edar (Nurhakim, 2004)
1. Waktu Edar Alat Gali Muat
Waktu edar alat gali muat merupakan waktu yang digunakan untuk menggali, swing bermuatan material, membuang muatan, waktu swing tidak bermuatan, kembali kepermukaan kerja dan posisi siap untuk menggali muatan lagi. Waktu yang dibutuhkan alat gali – muat untuk mengisi alat angkut sampai bak vessel alat angkut dalam keadaan penuh dan siap untuk mengangkut muatan lagi disebut waktu mengisi muatan (loading time).
Rumus Waktu Edar (Cycle Time) Alat Loading :
CT Loading = DgT + SLT + DpT + SET
Keterangan :
CT Loading = Cycle Time Loading (detik)
DgT = Waktu penggalian (detik)
SLT = Waktu ayun bermuatan (detik)
27
ERIK FRANSISTIN
DpT = Waktu penumpahan material (detik)
SET = Waktu ayun kosong (detik)
Faktor – faktor yang mempengaruhi waktu pengisian muatan (loading time) antara lain :
a. Jenis alat muat yang digunakan.
b. Ukuran dan keadaan material.
c. Kapasitas bak (vessel) alat angkut.
d. Kapasitas baket yang digunakan.
e. Sudut putar (angle of swing).
f. Ketinggian permukaan kerja.
g. Dalamnya penggalian.
h. Keadaan tempat kerja.
2. Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut merupakan jumlah waktu yang digunakan untuk mengisi muatan (loading time), mengangkut muatan (hauling time), kembali kosong (returning time) dan waktu kembali mengambil posisi sampai siap melakukan pemuatan (spot & delay time). Alat yang digunakan untuk mengisi muatan adalah Excavator, waktu mengangkut muatan yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat pemuatan (front) ketempat pembuangan (disposal) dan kembali lagi keposisi siap untuk melakukan pemuatan lagi.
Dari front tambang atau loading point alat muat tersebut melakukan aktivitas waktu atau yang disebut sebagai cycle time (waktu edar) yang terdiri antara lain :
a. Waktu muat
b. Waktu angkut isi
c. Waktu manuver di disposal area
d. Waktu dumping
e. Waktu angkut kosong / kembali kosong
f. Waktu tunggu di loading point
28
ERIK FRANSISTIN
g. Waktu maneuver di loading point
Dengan demikian waktu edar dump truck dapat dihitung dengan rumus :
CT Hauling = LT + HLT +SDT +DT+ RT + SLT
Keterangan :
CT : Waktu edar (detik)
LT : Waktu pemuatan material (detik)
HLT : Waktu pergi bermuatan (detik)
SDT : Waktu manuver sebelum menumpah (detik)
DT : Waktu menumpahkan material (detik)
RT : Waktu kembali tanpa muatan (detik)
SLT : Waktu maneuver sebelum dimuati (detik)
3.7.2.Ketersediaan dan Penggunaana Alat
Adalah faktor yang sangat mempengaruhi dan sangat penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat adalah faktor-faktor ketersediaan alat dari setiap unit alat. Ketersedian alat merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan dalam pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu kerja dari suatu alat tersebut yang terdiri dari jam perbaikaan (repair) dan jam kerja tersedia (Stand by hours). Ketersediaan alat (Availability) dapat di bagi dalam beberapa bagian sebagai berikut (Partanto Prodjosumarto, 1995) :
a. Ketersedian Mekanik ( Mechanical Availability)
Kesediaan mekanik (MA) ini menunjukan secara nyata kesedian alat karena adanya akibat masalah mekanik, persamaan dan kesediaan mekanik adalah sebagai berikut:
Keterangan:
W = Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang didalam kondisinya dapat dioperasikan artinya tidak rusak, waktu ini meliputi pula
MA =
W
W + R
x 100%
29
ERIK FRANSISTIN
hambatan-hambatan (delay time) yang ada. Hambatan yangdimaksud adalah waktu pulang perginya alat, pindah tempat, safety metting.
R = Waktu perbaikan dan waktu yang hilang dikarenakan menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts), perawatan dan pemeliharaan harian (P2H), pengecekan ban roda tyre, pengisian pelumas dan bahan bakar, dll.
b. Keadaan Fisik ( Physical Availability)
Mengenai keadaan fisik alat yang dipergunakan dalam operasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat permasalahan yang ada, persamaan keadaan fisik (PA) adalah :
Keterangan:
S = Adalah jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipakai/dipergunakan padahal alat tersebut tidak mengalami kerusakan dan dalam keadaan siap operasi (stand by hours).
W+R+S= Seluruh jam alat dijadwalkan untuk beroperasi (schedule hours).
c. Keadaan Pemakaian ( Use Of Availability)
Menunjukan jumlah persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dipergunakan (available) persamaan dari ketersedian pemakaian (AU) sebagai berikut:
Angka use of availability (AU) biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat tersebut yang tidak rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan dipergunakan.
PA =
W + S
W + R+ S
x 100%
AU =
W
W + S
x 100%
30
ERIK FRANSISTIN
d. Pengunaan Efektif (Efektif Availability)
Menunjukan jumlah persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Persamaan untuk pengunaan Efektif (EA) adalah:
Pengunaan efektif berguna untuk mengetahui seberapa efektif waktu kerja yang digunakan untuk memproduksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi kerja sehingga dapat mengetahui kemampuan produktivitas alat yang bekerja.
3.7.3.Efisiensi Kerja
Adalah tingkat keberhasilan dalam penggunaan waktu tersedia, disini keahlian operator dalam mengoperasi alat sangat berpengaruh terhadap besarnya produksi dimana operator yang berpengalaman dapat menempatkan alatnya secara tepat dan efektif (Awang Suwandhi, 2001).
Efisiensi kerja tergantung pada banyak hal seperti : topografi, keahlian operator, kondisi cuaca, pemilihan standar pemeliharaan yang menyangkut operasi alat. Dalam kenyataan memang sulit untuk menentukan besarnyaefisiensi kerja tetapi dengan dasar pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati kenyataan.
Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi kerja adalah dengan menghitung beberapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam, diformulasikan sebagai :
Wk – (Wth +Wh)
Ef = x 100 %
Wk
Dimana :
Ef = Efisiensi Kerja (%)
Wk = Waktu kerja alat yang tersedia (jam)
Wth = Hambatan yang tidak dapat dihindari (jam)
Wh = Hambatan yang dapat dihindari (jam)
EU =
W + S + R
W
x 100%
31
ERIK FRANSISTIN
3.7.4.Efisiensi Kerja Alat
Efisiensi kerja alat tidak dapat digambarkan secara lengkap hanya dengan satu factor availability saja, tetapi dengan menggunakan tiga factor availability bisa memberikan gambaran tentang efisiensi kerja alat. Dengan mechanical availability dapat diketahui operational availability sedangkan used of availability dipakai sebagai pelengkap untuk mengetahui suatu operation berlangsung efisien atau baik.
Menurut (Awang Suwandhi, 2001) dapat dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu untuk menunjukkan keadaan alat mekanis dan efektivitas penggunaannya yang merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesunguhnya dari alat yang sedang dipergunakan, yaitu :
1. Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
(W ⁄) 100
Keterangan :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif (jam atau menit)
O : Waktu kerja produktif + tertunda (jam atau menit)
2. Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
P ( S⁄) 100
Keterangan :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi waktu terhenti + tertunda + produktif (jam atau menit)
S : Waktu kerja terjadwal (jam atau menit)
3. Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-lain, persamaannya adalah :
U ( ⁄) 100
32
ERIK FRANSISTIN
Keterangan :
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda (jam atau menit)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi waktu terhenti + tertunda + produktif (jam atau menit)
4. Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus diatas dibagi 3, jadi :
ff rata rata P U3
Keterangan :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%)
PA : Ketersediaan Fisik (%)
U : Utilitas (%)
Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat maupun operatornya. Pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal yang persamaan di atas, yaitu : (1) kinerja operator dengan hanya melihat harga efektivitas kerjanya (E), (2) kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA) dan (3) peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U).
Tabel 3.1. Efisiensi Kerja
Keadaan Medan
Keadaan kerja
Baik Sekali
Baik
Sedang
Buruk
Buruk Sekali
Baik Sekali
0,84
0,81
0,76
0,70
0,63
Baik
0,78
0,75
0,71
0,65
0,60
Sedang
0,72
0,69
0,65
0,60
0,54
Buruk
0,63
0,61
0,57
0,52
0,45
Buruk Sekali
0,52
0,50
0,47
0,42
0,32
Sumber : Nurhakim, “Buku Panduan Kuliah Lapangan II”2004.
33
ERIK FRANSISTIN
3.7.5.Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Menurut (Awing Suwandhi, 2001) swell adalah pengembangan volume material dari volume asli yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya, ketika digali material akan lepas dan terjadi pengembangan sedemikian rupa sehingga tidak akan kembali kebentuk semula. Pengembangan terjadi karena terbentuk rongga-rongga udara (voids) diantara partikel-partikel material lepas tersebut.
Material pada kondisi asli (bank) setelah digali volumenya akan mengembang artinya volume bertambah dari volume asli (bank / insitu), namun beratnya tetap sama sebelum dan sesudah digali. Rumus-rumus yang berkaitan dengan pengembangan material sebagai berikut : S ell Volume lepas untuk berat tertentuVolume asli untuk berat ang sama 1
S ell actor Volume bank asli⁄Volume loose lepas⁄
Volume asli (bank) Volume lepas loose⁄( 1 S ell )
Volume lepas (loose) Volume asli bank⁄( 1 S ell )
Faktor pengembangan (swell factor) material yang dimuat untuk diangkut selalu material yang telah mengembang, angka-angka swell factor pada tabel 3.2 untuk setiap klasifikasi material berbeda-beda sesuai dengan jenis material itu sendiri.
Tabel 3.2. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
No
Macam Material
Bobot isi (density)
lb/cu yd in-situ
“S ell factor” (in-bank correction factor)
1
Bauksit
2700-4325
0,075 (75 %)
2
Tanah Liat, Kering
2300
0,85
3
Tanah Liat, Basah
2800-3000
0,82-0,80
4
Antrasit (Anthracite)
2200
0,74
5
Batubara Bituminus (Bituminous Coal)
1900
0,74
6
Bijih Tembaga (Copper Ore)
3800
0,74
7
Tanah Biasa, Kering
2800
0,85
8
Tanah Biasa, Basah
3370
0,85
9
Tanah Biasa, Bercampur Pasir dan Kerikil (Gravel)
3100
0,90
34
ERIK FRANSISTIN
10
Kerikil Kering
3250
0.89
11
Kerikil Basah
3600
0,88
12
Granit, Pecah-Pecah
4500
0,67-0,56
13
Hematit, Pecah-Pecah
6500-8700
0,45
14
Bijih Besi (Iron Ore), Pecah-Pecah
3600-5500
(0,45)
15
Batu Kapur, Pecah-Pecah
2500-4200
0,60-0,57
16
Lumpur
2160-2970
0,83
17
Lumpur, sudah ditekan (Packed)
2970-3510
0,83
18
Pasir, Kering
2200-3250
0,89
19
Pasir, Basah
3300-3600
0,88
20
Serpih (Shale)
3000
0,75
21
Batu Sabak (Slate)
4590-4860
0,77
Sumber : Partanto Prodjosumarto, “Pemindahan Tanah Mekanis” 1995.
3.7.6.Faktor Isi (Fill Factor)
Menurut (Awang Suwandhi, 2001) faktor isi adalah persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai faktor isi 87 %, artinya 13 volume bak tersebut tidak dapat diisi. Mangkok loader, backhoe, dragline, dsb memiliki faktor isi lebih dari 100 % karena dapat diisi munjung (heaped).
Faktor pengisian adalah merupakan perbandingan antara kapasitas muat dengan kapasitas baku alat angkut dinyatakan dalam persen, semakin besar faktor pengisian maka semakin besar kemampuan nyata alat tersebut.
Untuk menghitung faktor pengisian digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Fp : Faktor Pengisian (%)
Vt : Volume bucket teoritis (m³)
Vn : Volume bucket nyata (m³)
3.7.7.Jam Kerja Efektif
Adalah efisiensi waktu dikalikan dengan jumlah jam kerja yang tersedia. Untuk menghitung efisiensi waktu kerja alat muat dan alat angkut yang tidak produktif pada jam kerja tersedia.
Waktu yang tidak produktif terjadi akibat adanya hambatan antara lain :
35
ERIK FRANSISTIN
a. Hambatan yang Tidak Bisa Dihindari :
d. Safety Talk
e. Blasting time
f. Pemanasan mesin & Perawatan Dan Pemeliharaan Harian (P2H)
g. Kerusakan alat
h. Pergantian Shift
i. Rain
j. Public holiday
k. Unit Break Down
b. Hambatan yang Bisa Dihindari :
l. Unit amblas
a. Slippery
b. Terlambat start awal shift
c. Pengaturan Fleet
d. Terlambat operasi
e. Tidak ada operator
3.8. Keserasian Alat Muat dan Alat Angkut
Menurut (Awang Suwandhi, 2001), untuk menyatakan keserasian atau sinkronisasi kerja antara alat muat dan alat angkut dapat diukur dengan menggunakan faktor keserasian (match factor). Secara teoritis produksi alat muat harus sama dengan produksi alat angkut, sehingga perbandingan antara alat tersebut mempunyai nilai berdasarkan masing-masing alat muat dan alat angkut, untuk menghitung faktor keserasian (match factor) yaitu sebagai berikut :
M n CtLnL Ct
Keterangan :
MF : Faktor Keserasian
nH : Jumlah alat angkut (Unit)
nL : Jumlah alat gali muat (Unit)
36
ERIK FRANSISTIN
CtL : Waktu alat gali muat (Menit)
CtH : Waktu alat angkut (Menit)
Dimana nH, nL, CtH, dan CtL masing-masing adalah jumlah alat angkut dan alat muat maka waktu edar alat muat dan alat angkut akan muncul tiga (3) kemungkinan, yaitu :
MF = 1, Jumlah alat muat dan alat angkut seimbang / sinkron, hampir dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan angkut sama-sama sibuk.
MF < 1, Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak menunggu, sementara alat angkut sibuk.
MF > 1, Jumlah alat angkut lebih, sehingga muncul waktu tunggu dimuat untuk alat angkut, sementara alat muat sibuk.
37
ERIK FRANSISTIN
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat produksi yang dicapai dari masing-masing alat muat dan alat angkut yang dioperasikan maka dilakukan perhitungan jumlah alat-alat mekanis tersebut yang dilakukan pada saat pengamatan. Sebagai pendekatan perhitungan digunakan data-data hasil pengamatan selama dilapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi batuan yang akan dikerjakan, ukuran material dan kondisi medan kerja serta waktu edar (cycle time) alat muat dan alat angkut.
Yang menjadi permasalahan disini adalah menghitung produktivitas alat gali muat dan alat angkut pada pengupasan lapisan tanah penutup (overburen) dan mengetahui keserasian kerja ( sinkronisasi ) alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden).
Dimana penelitian dilakukan di PT. PAMAPERSADA NUSANTARA job site PT. Trubaindo Coal Mining yang terletak di Camp Adong Kecamatan Muara Lawa, dengan target produksi untuk bulan februari pada pit 3000 block 11 adalah sebesar 323.000 bcm.
Foto 4.1. Unit Hauling Dan Loading
Overburden PT.PAMA ( TCMM )
38
ERIK FRANSISTIN
4.2. Produksi Alat Gali Muat Exavator Komatsu PC 750 Dan Dump Truck Komatsu HD 465
4.2.1.Waktu Edar Alat Muat Dan Alat Angkut
Waktu edar (cycle time) dari alat muat dan alat angkut yang beroperasi pada saat penelitian dan pengambilan data dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Waktu Edar Alat Muat Dan Alat Angkut
Dengan diketahuinya waktu edar dari alat muat dan alat angkut yang beroperasi dilapangan, maka dapat dihitung keserasian(match factor) antara alat muat dan alat angkut yang beroperasi.
4.2.2. Match Factor Alat Muat Dan Alat Angkut
1. Perhitungan Match Factor Alat Loading dan Alat Hauling (Excavator Komatsu PC 750 Dan DT jenis Komatsu HD 465) PIT 3000 Block 11 PT.PAMA.
- Jumlah alat muat (nL) = 1 unit
- Jumlah alat angkut (nH) = 3 unit
- Jumlah pengisian (n) = 6 bucket
- Cycle Time Loading (CL) = 0,45 menit
- Cycle Time Hauling (CH) = 12,42 menit
Penyelesaian :
MF =
= = = 0,66 1
Macth factor 0,66 < 1, yang berarti kemampuan kerja alat muat lebih besar dari kemampuan kerja alat angkut. Dari hasil pengamatan dilapangan ada beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya nilai MF = 1, antara lain :
Alat muat
Waktu edar
Alat angkut
Waktu edar
Jarak (meter)
PC 750
O,45 menit
HD 465
12,42 menit
1100
nH x CL x n
nL x CH
3 x 0,45 x 6
1 x 12,25
8,1
12,25
39
ERIK FRANSISTIN
- Kondisi dari front loading point yang kurang bagus sehingga menyebabkan banyaknya waktu yang hilang pada saat manuver pengisian alat angkut.
Foto 4.2. Kondisi front loading point yang kurang bagus
- Kondisi jalan angkut yang bergelombang dan berdebu menyebabkan kecepatan alat angkut berkurang.
Foto 4.3. Kondisi jalan angkut bergelombang dan berdebu
- Kondisi disposal area yang kurang bagus, menyebabkan alat angkut sering mengalami selip pada saat manuver dumping.
40
ERIK FRANSISTIN
Foto 4.4. Kondisi disposal area yang kurang bagus
- Greed jalan yang cukup tinggi menyebabkan waktu kembali alat angkut menjadi lebih tinggi.
Foto 4.5. Kondisi greed jalan yang cukup tinggi
4.2.3. Ketersediaan Dan Pengunaan Alat
Tingkat ketersedian alat mekanis baik itu alat angkut maupun alat muat pada kegiatan penambangan batubara di PT. Pamapersada Nusantara Job Site PT. Trubaindo Coal Mining Camp Adong dapat digunakan apakah alat tersebut dalam kondisi fisik, mekanik yang baik serta masih mampu dipergunakan atau tidak dalam proses produksi dapat dinilai dari penggunaan alat yang tersedia.
41
ERIK FRANSISTIN
Faktor ini tidak dihitung dan tidak menghitung masalah penundaan akibat keadaan cuaca hujan dan dalam keadaan slip (rain & slipery) apabila dalam satu jam kerja (60 menit) maka alat tersebut tidak sepenuhnya dipergunakan maka effisiensi ini dipehitungkan dalam jumlah menit dalam satu jam bekerja, adapun nilai ketersedian dari alat dan penggunaanya yang diambil pada saat penelitian adalah sebagai berikut :
A. Alat muat Excavator Komatsu PC 750 ex 2027 pada Pit 3000 block 11 South Block dengan kondisi actual (Lampiran C Nomor 1) :
PA = 96,87 % (menunjukan nilai secara fisik kesiapan alat untuk bekerja dengan 3,13 % hambatan yang ada pada alat).
MA = 96,66% (kemampuan alat bekerja secara mekanis dengan 3,34% hambatan yang terjadi pada alat).
AU= 93,54% (menunjukan efektivitas penggunaan alat dari keterseedian alat baik fisik maupun mekanisnya dengan 6,64% hambatan yang terjadi pada saat operasi dilapangan).
EU= 90,62% (menunjukan besaran penggunaan alat untuk kerja produktif dari total keseluruhan waktu yang tersedia dari 9,38 % yang ada).
B. Alat angkut Komatsu HD 465 dengan nomor armada 2670 pada Pit 3000 block 11 South Block dengan kondisi actual (Lampiran C Nomor 2) :
PA = 93,75% (menunjukan nilai secara fisik kesiapan alat untuk bekerja dengan 6,25% hambatan yang ada pada alat).
MA = 93,33% (kemampuan alat bekerja secara mekanis dengan 6,67% hambatan yang terjadi pada alat).
AU= 93,33% (menunjukan efektivitas penggunaan alat dari keterseedian alat baik fisik maupun mekanisnya dengan 6,67% hambatan yang terjadi pada saat operasi dilapangan).
EU= 87,5% (menunjukan besaran penggunaan alat untuk kerja produktif dari total keseluruhan waktu yang tersedia dari 12,5% yang ada).
42
ERIK FRANSISTIN
4.2.4. Jam Kerja PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM) job site PT.Trubaindo Coal Mining Camb Adong Kecamatan Muara Lawa
Jam kerja yang diterapkan oleh PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM), dibagi menjadi 3 shift adapun pembagian jam kerja tiap shift bisa dilihat pada tabel jam kerja sebagai berikut :
Tabel 4.2. Jam Kerja di PT. PAMA
Dari tabel jam kerja diatas, dapat dihitung nilai dari effisiensi kerja berdasarkan jam kerja yang ada,dengan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah hari = 28
Jam yang tersedia = 672
1. Waktu Terhenti
Hujan = 78,75
Perawatan jalan = 37,75
Hari libur = 0
2. Waktu Tunda
ari jum’at = 4
Istirahat dan makan = 37,5
Ganti shift = 16,3
Peledakan = 0
Safety Talk, Etc = 1
Total waktu yang hilang = 175,3
Jam kerja effektif = 496,7
SENINSELASARABU KAMISJUM"ATSABTUMINGGUJUMLAH JAM KERJAKETERANGANShift 1Shift 1Shift 1Shift 1Shift 1Shift 1Shift 107.00-15.0007.00-15.0007.00-15.0007.00-15.0007.00-18.0007.00-15.0007.00-15.00RestRestRestRestRestRestRest12.30.13.0012.30.13.0012.30.13.0012.30.13.0011.30.13.3012.30.13.0012.30.13.007.57.57.57.510.75.57.555.75TOTAL SHIFT 1Shift 2Shift 2Shift 2Shift 2Shift 2Shift 215.00-23.0015.00-23.0015.00-23.0015.00-23.0015.00-23.0015.00-23.00RestRestRestRestRestRest18.30-19.0018.30-19.0018.30-19.0018.30-19.0018.30-19.0018.30-19.00SholatSholatSholatSholatSholatSholat16.00-16.1516.00-16.1516.00-16.1516.00-16.1516.00-16.1516.00-16.157.257.257.257.257.257.2543.5TOTAL SHIFT 2Shift 3Shift 3Shift 3Shift 3Shift 2Shift 3Shift 323.00-07.0023.00-07.0023.00-07.0023.00-07.0018.00-07.0023.00-07.0023.00-07.00Rest Rest Rest Rest Rest Rest Rest 03.00-04.0003.00-04.0003.00-04.0003.00-04.0012.00-01.0003.00-04.0003.00-04.007.57.57.57.5117.57.556TOTAL SHIFT 322.2522.2522.2522.2521.7522.2522.25155.25TOTAL SHIFT 1 MINGGU621TOTAL 1 BULAN Sholat 16.00-16.15JAM KERJA PT. PAMA BULAN FEBRUARIHARI
43
ERIK FRANSISTIN
Eff =
=
=
4.2.5. Efisiensi Kerja Alat
Tingkat efisiensi kerja alat gali muat ataupun alat angkut pada kegiatan penambangan oleh PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM) job site PT.Trubaindo Coal Mining tidak dapat digambarkan secara lengkap hanya dengan satu factor availability, tetapi dengan menggunakan tiga factor availability yaitu efektivitas, ketersediaan fisik, dan utilitas bisa memberikan gambaran tentang efisiensi kerja alat rata-rata.
A. Efisiensi Kerja Alat Gali Muat Excavator Komatsu PC 750
Dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu sebagai berikut :
- Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
(W ⁄) 100
Diketahui :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif = 435 menit = 7,25 jam
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 450 menit = 7,5 jam
Penyelesaian :
E =
= 96,66 %
Jam kerja efektif alat muat PC 750 sebesar 96,66 %, dari waktu yang disediakan untuk operasi, artinya alat bekerja dengan baik dalam pengunaannya selama bekerja.
Jam kerja yang tersedia – jam hambatan yang tersedia
Jam kerja yang tersedia
x 100%
672
672 – 175,3
73 %
x 100%
7,25 jam
7,5 jam
x 100 %
44
ERIK FRANSISTIN
 Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
P ( S⁄) 100
Diketahui :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
S : Waktu kerja terjadwal = 480 menit
8 jam
Penyelesaian :
PA =
= 100 %
Ketersedian fisik alat muat PC 750 sebesar 100%, hal ini menunjukan bahwa alat siap bekerja dengan prima secara fisiknya.
 Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-lain, persamaannya adalah :
U ( ⁄) 100
Diketahui :
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 435 menit
7,25 jam
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
Penyelesaian :
U =
= 90,62 %
8 jam
8 jam
x 100 %
7,25 jam
8 jam
x 100 %
45
ERIK FRANSISTIN
Menunjukan alat muat PC 750 hanya dapat bekerja sebesar 90,62 % dari waktu yang tersedia setelah adanya hambatan-hambatan yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari sebesar 9,38%.
 Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus diatas dibagi 3, jadi :
ff rata rata P U3
Deketahui :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%) = 96,66 %
PA : Ketersediaan Fisik (%) = 100 %
U : Utilitas (%) = 90,62 %
Penyelesaian :
Eff rata-rata = = 95,76 %
Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat gali muat Excavator Komatsu PC 750 maupun operatornya sehingga pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal persamaan tersebut :
a. Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektivitas kerjanya (E)
b. Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA)
c. Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U)
B. Efisiensi Kerja Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 465
Dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu sebagai berikut :
 Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
(W ⁄) 100
Diketahui :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif = 435 menit = 7,25 jam
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 450 menit = 7,5 jam
96,66 % + 100 % + 90,62 %
3
46
ERIK FRANSISTIN
Penyelesaian :
E =
= 96,66 %
Jam kerja efektif alat angkut HD 465 sebesar 96,66 %, dari waktu yang disediakan untuk operasi, artinya alat bekerja dengan baik dalam pengunaannya selama bekerja.
 Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
P ( S⁄) 100
Diketahui :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
S : Waktu kerja terjadwal = 480 menit
8 jam
Penyelesaian :
PA =
= 100 %
Ketersedian fisik alat angkut HD 465 sebesar 100%, hal ini menunjukan bahwa alat siap bekerja dengan prima secara fisiknya.
 Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-lain, persamaannya adalah :
U ( ⁄) 100
Diketahui :
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 435 menit
7,25 jam
7,25 jam
7,5 jam
x 100 %
8 jam
8 jam
x 100 %
47
ERIK FRANSISTIN
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
Penyelesaian :
U =
= 90,62 %
Menunjukan alat angkut HD 465 hanya dapat bekerja sebesar 90,62 % dari waktu yang tersedia setelah adanya hambatan-hambatan yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari sebesar 9,38%.
 Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus diatas dibagi 3, jadi :
ff rata rata P U3
Deketahui :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%) = 96,66 %
PA : Ketersediaan Fisik (%) = 100 %
U : Utilitas (%) = 90,62 %
Penyelesaian :
Eff rata-rata = = 95,76 %
Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat angkut Dump Truck Komatsu HD 465 maupun operatornya sehingga pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal persamaan tersebut :
a. Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektivitas kerjanya (E)
b. Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA)
c. Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U)
4.2.6.Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Untuk menentukan nilai dari swell factor berdasarkan kodisi material dilapangan yang berupa tanah liat basah dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.
7,25 jam
8 jam
x 100 %
96,66 % + 100 % + 90,62 %
3
48
ERIK FRANSISTIN
Tabel 4.3. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
No
Macam Material
Bobot isi (density)
lb/cu yd in-situ
“S ell factor” (in-bank correction factor)
1
Bauksit
2700-4325
0,075 (75 %) 2 Tanah Liat, Kering 2300 0,85 3 Tanah Liat, Basah 2800-3000 0,82-0,80
4
Antrasit (Anthracite)
2200
0,74
5
Batubara Bituminus (Bituminous Coal)
1900
0,74
6
Bijih Tembaga (Copper Ore)
3800
0,74
7
Tanah Biasa, Kering
2800
0,85
8
Tanah Biasa, Basah
3370
0,85
9
Tanah Biasa, Bercampur Pasir dan Kerikil (Gravel)
3100
0,90
10
Kerikil Kering
3250
0.89
11
Kerikil Basah
3600
0,88
12
Granit, Pecah-Pecah
4500
0,67-0,56
13
Hematit, Pecah-Pecah
6500-8700
0,45
14
Bijih Besi (Iron Ore), Pecah-Pecah
3600-5500
(0,45)
15
Batu Kapur, Pecah-Pecah
2500-4200
0,60-0,57
16
Lumpur
2160-2970
0,83
17
Lumpur, sudah ditekan (Packed)
2970-3510
0,83
18
Pasir, Kering
2200-3250
0,89
19
Pasir, Basah
3300-3600
0,88
20
Serpih (Shale)
3000
0,75
21
Batu Sabak (Slate)
4590-4860
0,77
Sumber : Partanto Prodjosumarto, “Pemindahan Tanah Mekanis” 1995.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai swell factor dari material yang ada dilapangan berupa tanah liat basah adalah 0,82 %. Besarnya nilai sebuah swell factor nantinya akan berpengaruh terhadap besaran produktivitas alat mekanis baik dalam pemuatan ataupun pengangkutannya.
4.2.7.Faktor Isi (Fill Factor)
Faktor pengisian adalah merupakan perbandingan antara kapasitas muat dengan kapasitas baku alat angkut dinyatakan dalam persen, semakin besar faktor pengisian maka semakin besar kemampuan nyata alat tersebut. Besarnya nilai factor isi terhitung dari jenis material yang akan digali. Di lapangan besarnya kondisi material yang ada yaitu material tanah liat basah dimana volume bucket nyata yang dimuat ( Vn ) untuk PC 750 adalah 2,7 m3 dan volume bucket alat angkut secara teoritis untuk PC 750 adalah 4,0 m3 maka factor pengisian ( Fp ) dapat dihitung sebagai berikut :
49
ERIK FRANSISTIN
- Alat Muat PC 750
Fp = %
= %
= 67 %
Menunjukan pengisian bucket alat muat PC 750 secara nyata dilapangan adalah sebesar 67% artinya bucket tidak terisi dengan penuh.
4.2.8. Perhitungan Produktivitas Alat Muat Excavator Komatsu PC750 EX 2027 Dengan Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 465 PIT 3000 block 11 PT.PAMA.
Q =
Dimana :
Q : Produksi / Jam
60 : Konversi jam ke menit
Kb : Kapasitas Bucket = 2,7 BCM
Fp : Faktor Pengisian = 0,67
CT : Cycle Time = 0,45 menit
Sf : Swell Factor = 0,82 (tanah liat basah)
Eff rata-rata : Effesiensi kerja rata-rata = 0,95
Penyelesaian :
Q =
= = 187,88 Bcm / Jam
Produksi Perhari
= produktivitas per jam x jam normal rata-rata per hari
= 187,88 Bcm x 22,25 Jam
= 4.180,33 Bcm / Hari
60 x Kb x Fp x Sf x Eff rata-rata
CT
60 x 2,7 x 0.67 x 0,82 x 0,95
0,45
84,55
0,45
50
ERIK FRANSISTIN
Produksi Perbulan
= 187,88 Bcm x 496,7 Jam (jam kerja efektif selama 1 bulan)
= 93.319,99 Bcm
4.2.9.Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 465 Dengan Alat Loading PC 750 EX 2027 PIT 3000 block 11 PT.PAMA.
P = C = n x Kb x Fp
Dimana :
Q : Produksi / Jam
60 : Konversi jam ke menit
C : Kapasitas Vessel (Bcm)
n : Banyaknya Pengisian = 6 kali
Kb : Kapasitas Bucket = 2,7 BCM
Fp : Faktor Pengisian = 0,67
CT : Cycle Time = 12,42 menit
Sf : Swell Factor = 0,82 (tanah liat basah)
Eff rata-rata : Effesiensi kerja rata-rata = 0,95
Density OB : 2,0
Penyelesaian :
C = 6 x 2,7 x 0,67
= 10,85 Bcm
P =
=
Produksi Perhari
= produktivitas per jam x jam normal rata-rata per hari
= 81,66 Bcm x 22,25 Jam
= 1.816,93 Bcm / Hari
60 x C x Sf x Eff rata-rata
CT
60 x 10,85 x 0,82 x 0,95
12,42
507,12
12,42
x Density OB
x 2,0
= 81,66 Bcm / Jam
51
ERIK FRANSISTIN
Produksi Perbulan
= 81,66 Bcm x 496,7 Jam (jam kerja efektif selama 1 bulan)
= 40.560,52 Bcm
4.3. Produksi Alat Gali Muat Exavator Komatsu PC 750 Dan Dump Truck Komatsu HD 465
4.3.1.Waktu Edar Alat Muat Dan Alat Angkut
Waktu edar (cycle time) dari alat muat dan alat angkut yang beroperasi pada saat penelitian dan pengambilan data dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Waktu Edar Alat Muat Dan Alat Angkut
Dengan diketahuinya waktu edar dari alat muat dan alat angkut yang beroperasi dilapangan, maka dapat dihitung keserasian(match factor) antara alat muat dan alat angkut yang beroperasi.
4.3.2. Match Factor Alat Muat Dan Alat Angkut
1. Perhitungan Match Factor Alat Loading dan Alat Hauling (Excavator Komatsu PC 1250 Dan DT jenis Komatsu HD 785) PIT 3000 Block 11 PT.PAMA.
- Jumlah alat muat (nL) = 1 unit
- Jumlah alat angkut (nH) = 3 unit
- Jumlah pengisian (n) = 8 bucket
- Cycle Time Loading (CL) = 0,41 menit
- Cycle Time Hauling (CH) = 13,46 menit
Penyelesaian :
MF =
= = = 0,73 1
Alat muat
Waktu edar
Alat angkut
Waktu edar
Jarak (meter)
PC 1250
O,41 menit
HD 785
13,46 menit
1100
nH x CL x n
nL x CH
3 x 0,41 x 8
1 x 13,28
9,84
13,46
52
ERIK FRANSISTIN
Macth factor 0,73 < 1, yang berarti kemampuan kerja dari alat muat lebih besar dari kemampuan kerja alat angkut. Dari hasil pengamatan dilapangan ada beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya nilai MF = 1, antara lain :
- Kondisi dari front loading point yang kurang bagus sehingga menyebabkan banyaknya waktu yang hilang pada saat manuver pengisian alat angkut.
Foto 4.6. Kondisi front loading point yang kurang bagus
- Kondisi jalan angkut yang bergelombang dan berdebu menyebabkan kecepatan alat angkut berkurang.
Foto 4.7. Kondisi jalan angkut bergelombang dan berdebu
53
ERIK FRANSISTIN
- Kondisi disposal area yang kurang bagus, menyebabkan alat angkut sering mengalami selip pada saat manuver dumping.
Foto 4.8. Kondisi disposal area yang kurang bagus
- Greed jalan yang cukup tinggi menyebabkan waktu kembali alat angkut menjadi lebih tinggi.
Foto 4.9. Kondisi greed jalan yang cukup tinggi
4.3.3. Ketersediaan Dan Pengunaan Alat
Tingkat ketersedian alat mekanis baik itu alat angkut maupun alat muat pada kegiatan penambangan batubara di PT. Pamapersada Nusantara Job Site PT. Trubaindo Coal Mining Camp Adong dapat digunakan apakah alat tersebut dalam kondisi fisik, mekanik yang baik serta masih mampu dipergunakan atau tidak dalam proses produksi dapat dinilai dari penggunaan alat yang tersedia.
54
ERIK FRANSISTIN
Faktor ini tidak dihitung dan tidak menghitung masalah penundaan akibat keadaan cuaca hujan dan dalam keadaan slip (rain & slipery) apabila dalam satu jam kerja (60 menit) maka alat tersebut tidak sepenuhnya dipergunakan maka effisiensi ini dipehitungkan dalam jumlah menit dalam satu jam bekerja, adapun nilai ketersedian dari alat dan penggunaanya yang diambil pada saat penelitian adalah sebagai berikut :
A. Alat Gali Muat Komatsu PC 1250 ex 1034 pada Pit 3000 block 11 South Block dengan kondisi actual (Lampiran C Nomor 3) :
PA = 96,87 % (menunjukan nilai secara fisik kesiapan alat untuk bekerja dengan 3,13 % hambatan yang ada pada alat).
MA = 96,66% (kemampuan alat bekerja secara mekanis dengan 3,34% hambatan yang terjadi pada alat).
AU= 93,54% (menunjukan efektivitas penggunaan alat dari keterseedian alat baik fisik maupun mekanisnya dengan 6,64% hambatan yang terjadi pada saat operasi dilapangan).
EU= 90,62% (menunjukan besaran penggunaan alat untuk kerja produktif dari total keseluruhan waktu yang tersedia dari 9,38 % yang ada).
B. Alat angkut Komatsu HD 785 dengan nomor armada 4228 pada Pit 3000 block 11 South Block dengan kondisi actual (Lampiran C Nomor 4) :
PA = 96,87 % (menunjukan nilai secara fisik kesiapan alat untuk bekerja dengan 3,13 % hambatan yang ada pada alat).
MA = 96,66% (kemampuan alat bekerja secara mekanis dengan 3,34% hambatan yang terjadi pada alat).
AU= 93,54% (menunjukan efektivitas penggunaan alat dari keterseedian alat baik fisik maupun mekanisnya dengan 6,64% hambatan yang terjadi pada saat operasi dilapangan).
EU= 90,62% (menunjukan besaran penggunaan alat untuk kerja produktif dari total keseluruhan waktu yang tersedia dari 9,38 % yang ada).
55
ERIK FRANSISTIN
4.3.4. Jam Kerja PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM) job site PT.Trubaindo Coal Mining Camb Adong Kecamatan Muara Lawa
Jam kerja yang diterapkan oleh PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM), dibagi menjadi 3 shift adapun pembagian jam kerja tiap shift bisa dilihat pada tabel jam kerja sebagai berikut :
Tabel 4.5. Jam Kerja di PT. PAMA
Dari tabel jam kerja diatas, dapat dihitung nilai dari effisiensi kerja berdasarkan jam kerja yang ada,dengan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah hari = 28
Jam yang tersedia = 672
1. Waktu Terhenti
Hujan = 78,75
Perawatan jalan = 37,75
Hari libur = 0
2. Waktu Tunda
ari jum’at = 4
Istirahat dan makan = 37,5
Ganti shift = 16,3
Peledakan = 0
Safety Talk, Etc = 1
Total waktu yang hilang = 175,3
Jam kerja effektif = 496,7 SENIN SELASA RABU KAMIS JUM"AT SABTU MINGGU JUMLAH JAM KERJA KETERANGAN
Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1
07.00-15.00 07.00-15.00 07.00-15.00 07.00-15.00 07.00-18.00 07.00-15.00 07.00-15.00
Rest Rest Rest Rest Rest Rest Rest
12.30.13.00 12.30.13.00 12.30.13.00 12.30.13.00 11.30.13.30 12.30.13.00 12.30.13.00
7.5 7.5 7.5 7.5 10.75 7.5 7.5 55.75 TOTAL SHIFT 1
Shift 2 Shift 2 Shift 2 Shift 2 Shift 2 Shift 2
15.00-23.00 15.00-23.00 15.00-23.00 15.00-23.00 15.00-23.00 15.00-23.00
Rest Rest Rest Rest Rest Rest
18.30-19.00 18.30-19.00 18.30-19.00 18.30-19.00 18.30-19.00 18.30-19.00
Sholat Sholat Sholat Sholat Sholat Sholat
16.00-16.15 16.00-16.15 16.00-16.15 16.00-16.15 16.00-16.15 16.00-16.15
7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 43.5 TOTAL SHIFT 2
Shift 3 Shift 3 Shift 3 Shift 3 Shift 2 Shift 3 Shift 3
23.00-07.00 23.00-07.00 23.00-07.00 23.00-07.00 18.00-07.00 23.00-07.00 23.00-07.00
Rest Rest Rest Rest Rest Rest Rest 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00 12.00-01.00 03.00-04.00 03.00-04.00
7.5 7.5 7.5 7.5 11 7.5 7.5 56 TOTAL SHIFT 3
22.25 22.25 22.25 22.25 21.75 22.25 22.25 155.25 TOTAL SHIFT 1 MINGGU
621 TOTAL 1 BULAN Sholat 16.00-
16.15
JAM KERJA PT. PAMA BULAN FEBRUARI
HARI
56
ERIK FRANSISTIN
Eff =
=
=
4.3.5. Efisiensi Kerja Alat
Tingkat efisiensi kerja alat gali muat ataupun alat angkut pada kegiatan penambangan oleh PT. PAMA PERSADA NUSANTARA (TCMM) job site PT.Trubaindo Coal Mining tidak dapat digambarkan secara lengkap hanya dengan satu factor availability, tetapi dengan menggunakan tiga factor availability yaitu efektivitas, ketersediaan fisik, dan utilitas bisa memberikan gambaran tentang efisiensi kerja alat rata-rata.
A. Efisiensi Kerja Alat Gali Muat Excavator Komatsu PC 1250
Dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu sebagai berikut :
 Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
(W ⁄) 100
Diketahui :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif = 435 menit = 7,25 jam
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 450 menit = 7,5 jam
Penyelesaian :
E =
= 96,66 %
Jam kerja efektif alat muat PC 1250 sebesar 96,66 %, dari waktu yang disediakan untuk operasi, artinya alat bekerja dengan baik dalam pengunaannya selama bekerja.
7,25 jam
7,5 jam
x 100 %
Jam kerja yang tersedia – jam hambatan yang tersedia
Jam kerja yang tersedia
x 100%
672
672 – 175,3
73 %
x 100%
57
ERIK FRANSISTIN
 Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
P ( S⁄) 100
Diketahui :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
S : Waktu kerja terjadwal = 480 menit
8 jam
Penyelesaian :
PA =
= 100 %
Ketersedian fisik alat muat PC 1250 sebesar 100%, hal ini menunjukan bahwa alat siap bekerja dengan prima secara fisiknya.
 Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-lain, persamaannya adalah :
U ( ⁄) 100
Diketahui :
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 435 menit
7,25 jam
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
Penyelesaian :
U =
= 90,62 %
Menunjukan alat muat PC 1250 hanya dapat bekerja sebesar 90,62 % dari waktu yang tersedia setelah adanya hambatan-hambatan yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari sebesar 9,38%.
8 jam
8 jam
x 100 %
7,25 jam
8 jam
x 100 %
58
ERIK FRANSISTIN
 Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus diatas dibagi 3, jadi :
ff rata rata P U3
Deketahui :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%) = 96,66 %
PA : Ketersediaan Fisik (%) = 100 %
U : Utilitas (%) = 90,62 %
Penyelesaian :
Eff rata-rata = = 95,76 %
Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat gali muat Excavator Komatsu PC 1250 maupun operatornya sehingga pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal persamaan tersebut :
a. Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektivitas kerjanya (E)
b. Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA)
c. Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U)
B. Efisiensi Kerja Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 785
Dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu sebagai berikut :
 Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
(W ⁄) 100
Diketahui :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif = 435 menit = 7,25 jam
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 450 menit = 7,5 jam
Penyelesaian :
E =
= 96,66 %
96,66 % + 100 % + 90,62 %
3
7,25 jam
7,5 jam
x 100 %
59
ERIK FRANSISTIN
Jam kerja efektif alat angkut HD 785 sebesar 96,66 %, dari waktu yang disediakan untuk operasi, artinya alat bekerja dengan baik dalam pengunaannya selama bekerja.
 Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
P ( S⁄) 100
Diketahui :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
S : Waktu kerja terjadwal = 480 menit
8 jam
Penyelesaian :
PA =
= 100 %
Ketersedian fisik alat angkut HD 785 sebesar 100%, hal ini menunjukan bahwa alat siap bekerja dengan prima secara fisiknya.
 Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-lain, persamaannya adalah :
U ( ⁄) 100
Diketahui :
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda = 435 menit
7,25 jam
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi = 480 menit
(waktu terhenti + tertunda + produktif) 8 jam
8 jam
8 jam
x 100 %
60
ERIK FRANSISTIN
Penyelesaian :
U =
= 90,62 %
Menunjukan alat angkut HD 785 hanya dapat bekerja sebesar 90,62 % dari waktu yang tersedia setelah adanya hambatan-hambatan yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari sebesar 9,38%.
 Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus diatas dibagi 3, jadi :
ff rata rata P U3
Deketahui :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%) = 96,66 %
PA : Ketersediaan Fisik (%) = 100 %
U : Utilitas (%) = 90,62 %
Penyelesaian :
Eff rata-rata = = 95,76 %
Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat angkut Dump Truck Komatsu HD 785 maupun operatornya sehingga pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal persamaan tersebut :
a. Kinerja operator dengan hanya melihat harga efektivitas kerjanya (E)
b. Kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik alat (PA)
c. Peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi operasi (U)
4.3.6.Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Untuk menentukan nilai dari swell factor berdasarkan kodisi material dilapangan yang berupa tanah liat basah dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini.
7,25 jam
8 jam
x 100 %
96,66 % + 100 % + 90,62 %
3
61
ERIK FRANSISTIN
Tabel 4.6. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
No
Macam Material
Bobot isi (density)
lb/cu yd in-situ
“S ell factor” (in-bank correction factor)
1
Bauksit
2700-4325
0,075 (75 %) 2 Tanah Liat, Kering 2300 0,85 3 Tanah Liat, Basah 2800-3000 0,82-0,80
4
Antrasit (Anthracite)
2200
0,74
5
Batubara Bituminus (Bituminous Coal)
1900
0,74
6
Bijih Tembaga (Copper Ore)
3800
0,74
7
Tanah Biasa, Kering
2800
0,85
8
Tanah Biasa, Basah
3370
0,85
9
Tanah Biasa, Bercampur Pasir dan Kerikil (Gravel)
3100
0,90
10
Kerikil Kering
3250
0.89
11
Kerikil Basah
3600
0,88
12
Granit, Pecah-Pecah
4500
0,67-0,56
13
Hematit, Pecah-Pecah
6500-8700
0,45
14
Bijih Besi (Iron Ore), Pecah-Pecah
3600-5500
(0,45)
15
Batu Kapur, Pecah-Pecah
2500-4200
0,60-0,57
16
Lumpur
2160-2970
0,83
17
Lumpur, sudah ditekan (Packed)
2970-3510
0,83
18
Pasir, Kering
2200-3250
0,89
19
Pasir, Basah
3300-3600
0,88
20
Serpih (Shale)
3000
0,75
21
Batu Sabak (Slate)
4590-4860
0,77
b.
Sumber : Partanto Prodjosumarto, “Pemindahan Tanah Mekanis” 1995.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai swell factor dari material yang ada dilapangan berupa tanah liat basah adalah 0,82 %. Besarnya nilai sebuah swell factor nantinya akan berpengaruh terhadap besaran produktivitas alat mekanis baik dalam pemuatan ataupun pengangkutannya.
4.3.7.Faktor Isi (Fill Factor)
Faktor pengisian adalah merupakan perbandingan antara kapasitas muat dengan kapasitas baku alat angkut dinyatakan dalam persen, semakin besar faktor pengisian maka semakin besar kemampuan nyata alat tersebut. Besarnya nilai factor isi terhitung dari jenis material yang akan digali. Di lapangan besarnya kondisi material yang ada yaitu material tanah liat basah dimana volume bucket nyata yang dimuat ( Vn ) untuk PC 1250 adalah 5,1 m3 dan volume bucket alat muat secara teoritis untuk PC 1250 adalah 6,7 m3 maka factor pengisian ( Fp ) dapat dihitung sebagai berikut :
62
ERIK FRANSISTIN
- Alat muat PC 1250
Fp = %
= %
= 76 %
Menunjukan pengisian bucket alat muat PC 1250 secara nyata dilapangan adalah sebesar 76 % artinya bucket tidak terisi dengan penuh.
4.3.8. Perhitungan Produktivitas Alat Muat Excavator Komatsu PC 1250 EX 1042 Dengan Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 785 PIT 3000 block 11 PT.PAMA.
Q =
Dimana :
Q : Produksi / Jam
60 : Konversi jam ke menit
Kb : Kapasitas Bucket = 5,1 BCM
Fp : Faktor Pengisian = 0,76
CT : Cycle Time = 0,41 menit
Sf : Swell Factor = 0,82 (tanah liat basah)
Eff rata-rata : Effesiensi kerja rata-rata = 0,95
Penyelesaian :
Q =
= = 441,85 Bcm / Jam
Produksi Perhari
= produktivitas per jam x jam normal rata-rata per hari
= 441,85 Bcm x 22,25 Jam
= 9.831,16 Bcm / Hari
60 x Kb x Fp x Sf x Eff rata-rata
CT
60 x 5,1 x 0.76 x 0,82 x 0,95
0,41
181,16
0,41
63
ERIK FRANSISTIN
Produksi Perbulan
= 441,85 Bcm x 496,7 Jam (jam kerja efektif selama 1 bulan) = 219.466,89 Bcm
4.3.9. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Komatsu HD 785 Dengan Alat Loading PC 1250 EX 1042 PIT 3000 block 11 PT.PAMA.
P = C = n x Kb x Fp
Dimana :
Q : Produksi / Jam
60 : Konversi jam ke menit
C : Kapasitas Vessel (Bcm)
n : Banyaknya Pengisian = 8 kali
Kb : Kapasitas Bucket = 5,1 BCM
Fp : Faktor Pengisian = 0,76
CT : Cycle Time = 13,46 menit
Sf : Swell Factor = 0,82 (tanah liat basah)
Eff rata-rata : Effesiensi kerja rata-rata = 0,95
Density OB : 2,0
Penyelesaian :
C = 8 x 5,1x 0,76
= 31 Bcm
P =
=
Produksi Perhari
= produktivitas per jam x jam normal rata-rata per hari
= 215,29 Bcm x 22,25 Jam
= 4.790,20 Bcm / Hari
60 x C x Sf x Eff rata-rata
CT
60 x 31 x 0,82 x 0,95
13,46
1.448,98
13,46
x Density OB
x 2,0
= 215,29 Bcm / Jam
64
ERIK FRANSISTIN
Produksi Perbulan
= 215,29 Bcm x 496,7 Jam (jam kerja efektif selama 1 bulan)
= 106.934,54 Bcm
4.4. Perbandingan produksi OB Berdasarkan Actual Dan Plant Pada PIT 3000 Block 11 PT.PAMA.
Target produksi OB untuk bulan February pada pit 3000 block 11 adalah sebesar 323.000 Bcm (berdasarkan Plant), sedangkan kondisi actual dilapangan adalah :
 Pruduksi actual by Survey PT. Trubaindo Coal Mining 322.928 Bcm
 Produksi PC 750 + Produksi PC 1250 by cycle time
93.319,99 Bcm / Bulan + 219.466,89 Bcm / Bulan = 312.786,88Bcm (actual by cycle time)
Tabel 4.7.Jumlah produksi Produksi Per Bulan Plan Actual (Survey) Actual (Cycle Time) 323.000 322.928 312.786,88 Achievement 100% 97%
\
65
ERIK FRANSISTIN
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama ± 2 bulan di PT. Trubaindo Coal Mining penyusun mendapatkan hasil perhitungan dari sinkronisasi alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan Overburden yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Alat muat Excavator pada Pit 3000 block 11 South Block dengan kondisi aktual Komatsu PC 750 ex 2027 dengan nilai PA = 96,87 %, MA = 96,66%, AU= 93,54%, dan EU= 90,62% sedangkan komatsu PC 1250 ex 1034 dengan nilai PA= 96,87%, MA= 96,66%, AU= 93,54%, dan EU= 90,62% (Lampiran C Nomor 1 dan 3).
2. Alat angkut komatsu HD 465 dengan nomor armada 2670 untuk di Loading Komatsu PC 750 ex 2027 dengan nilai PA= 93,75%, MA= 93,33%, AU= 93,33%, EU= 87,5% sedangkan Availability alat angkut Komatsu HD 785 dengan nomor armada 4228 Loading PC 1250 ex 1042 dengan nilai Availability PA= 96,87%, MA= 96,66%, AU= 93,54%, EU= 90,62% (Lampiran C Nomor 2 Dan 4).
3. Pada Pit 3000 block 11 South Block Produktivitas actual berdasarkan perhitungan cycle time Komatsu HD 465 dengan nomor armada 2670 adalah 81,66 bcm/jam dan Produktivitas alat muat Komatsu PC 750 ex 2027 adalah 187,88 bcm/jam dan hasil MF ( match factor) adalah 0,66 1 untuk kombinasi alat muat 1 unit Komatsu PC 750 dengan 3 unit alat angkut Komatsu HD 465 dengan jarak 1100 meter.
4. Pada Pit 3000 block 11 South Block Produktivitas actual berdasarkan perhitungan cycle time Komatsu HD 785 dengan nomor armada 4228 adalah 215,29 bcm/jam dan Produktivitas alat muat Komatsu PC 1250 ex 1042 adalah 441,85 bcm/jam dan hasil MF ( match factor) adalah 0,73
66
ERIK FRANSISTIN
1 untuk kombinasi alat muat 1 unit Komatsu PC 1250 dengan 5 unit alat angkut Komatsu HD 785 dengan jarak 1100 meter.
5. Hasil MF (match factor) kurang dari 1 maka kondisi yang dijumpai di lapangan adalah alat gali muat bekerja kurang maksimal dikarenakan alat muat sering menunggu alat angkut yang sedang hauling.
6. Dengan diperolehnya MF (match factor) yang kurang dari 1 maka target produksi yang telah direncanakan tidak tercapai secara aktual di lapangan.
5.2. Saran
Hal yang perlu diperhatikan oleh PT. Pamapersada Nusantara jobsite PT. Trubaindo Coal Mining untuk mencapai target produksi alat muat dan alat angkut pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) adalah:
a. Mengusahakan kondisi loading point dan kondisi jalan bagus tidak bergelombang.
b. Penempatan alat muat harus lebih tinggi dari alat angkut, fungsinya agar putaran alat muat aman dari alat angkut dan memudahkan untuk pemuatan.
c. Jalan hauling harus selalu dilakukan penyiraman jika musim kemarau/panas untuk mengurangi debu agar tidak menghambat waktu angkut dump truck.
d. Loading point dan disposal area harus luas untuk memudahkan manuver. Dan untuk disposal area harus dilakukan pemadatan tanah diarea tersebut karena akan mempengaruhi kegiatan dumping jika tanah diarea disposal bergelombang.
e. Memperhatikan jalan hauling dengan melakukan greed dengan alat greader agar jalan tidak bergelombang pada saat pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden).
f. Kondisi alat harus dalam keadaan siap dipergunakan dan pengecekan alat muat dan alat angkut harus dilakukan dengan benar-benar baik dan layak.
g. Di tuntut skill dan kedisiplinan operator yang handal dan berpengalaman.
h. Pada waktu shift malam harus dengan kondisi yang terang dengan lampu-lampu penerangan yang berfungsi dengan baik.
67
ERIK FRANSISTIN